bike |
”Life is like riding a bicycle. To keep Your balance, You must keep moving.”
(Albert Einstein, 1879-1955).
Saya berpikir mungkin kalau Tuan Einstein bukan seorang penemu hebat mungkin kata-kata ini tidak akan pernah dikenang sampai saat ini, namun kutipan ini sangat manis menurut saya, begitu sederhana, indah, ada kebijaksanaan disetiap pemaknaannya dan tentunya tidak merupakan rangkaian dari akrobat kata. Cukup melelahkan tentunya jika membaca sebuah kutipan dengan pemaknaan ganda serta pemilihan bahasa bahasa sastra yang membingungkan. Hal yang saya kagumi dari kutipan diatas karena saya suka sepeda tentunya. Yah sepeda alat transportasi sederhana pertama kali yang bisa saya gunakan. Waktu itu saya kelas lima SD baru bisa menaiki sepeda maklum saja dari kecil sampai seumuran kelas 5 saya tidak pernah mempunyai kesempatan memiliki sepeda. Kecintaan terhadap sepeda terus berlanjut walau beberapa tahun kedepannya saya tidak memiliki sepeda lagi.. setelah kelas 2 semester akhir SMA saya mendapat kejutan yang luar biasa! Yah, saya mendapatkan sebuah sepeda! Pada jaman jaman itu hampir kebanyakan anak sekolah sudah memakai motor. Ya, cukup sepeda gunung dengan suspensi di handlebarnya saja saya sudah senang. Bapak yang membelikan sepeda itu dari saudara yang membutuhkan bantuan. Saya sangat gumbira, kemana-mana tiap sore saya main sepedaan mengelilingi kota, dan dengan adanya sepeda tentu saja saya tidak perlu repot untuk berangkat sekolah. Maklum dari kelas 1 SD sampai kelas 2 SMA setiap berangkat sekolah selalu jalan kaki, menempuh jarak 2 km tentu saja tidak melelahkan dengan sepeda. Dan sampai sekarang pun saya tetap senang bersepeda, mengayuh dengan kencang, merasakan terpaan angin diwajah, mengayuh dengan tenang ditikungan, memberi tanda bel …tingg tinggg tinggg… kepada pengguna sepeda yang lain begitu menyenangkan.
Jika hidup seperti layaknya bersepeda, mungkin saat ini saya baru melewati jalan yang berlubang, harus bisa menjaga keseimbangan agar tidak jatuh, jika jatuh maka lutut dan siku akan terluka. Satu hal yang selalu saya pegang, bahwa didepan pasti ada jalan yang mulus.
Apakah kamu masih bersamaku kawan? Mengayuh tanpa lelah, berpeluh tanpa mengeluh? Apakah kamu tetap disisiku, di kanan ataupun di kiriku, dibelakangku, mungkin juga terkadang di depanku? Menjadi teman diperjalanan ini, menjadi kawan bicara disetiap perempatan lampu merah, dan mengayuh kembali saat lampu mulai berwarna hijau.
Apakah kamu masih bersamaku kawan? Mengayuh tanpa lelah, berpeluh tanpa mengeluh? Apakah kamu tetap disisiku, di kanan ataupun di kiriku, dibelakangku, mungkin juga terkadang di depanku? Menjadi teman diperjalanan ini, menjadi kawan bicara disetiap perempatan lampu merah, dan mengayuh kembali saat lampu mulai berwarna hijau.
itu kan tulisan yang ada di karya 10 years indie guerillas punyaku hahahahhaa...sip siiiiippp sepedanya oke! kita bikin tandem yang jejer ke samping aja yuk. ditunggu kebut-kebutan di jakarta.
ReplyDeletesiap ndan! (berihormat)
ReplyDeleteaku udah bisa naek sepeda waktu masih di kelas nol besar, dan ga bisa brenti sampai sekarang ..
ReplyDeletehehe..iya jangan sampai brenti..bersepeda menurutku sangat menyenangkan..
ReplyDeletejangan pakai BMX kalo daerah rumahmu turun naik curam atau dengkulmu lemah ya teman-teman.
ReplyDelete