Thursday, September 23, 2010
tihuit
tihuit |
sekitar tahun 2007 tepatnya di bulan Mei tapi tanggalnya saya tidak ingat, gambar ini saya upload di deviantart saya. Sebenarnya gambar ini saya buat karena saya jatuh hati pada photo aslinya dan bukan orangnya karena kenalpun tidak. Adalah sebuah hobi baru waktu itu, saya dan teman kuliah saya Riyadi Prasetya yang hampir tiap malam menyatroni warnet dekat kosan diseputaran Mancasan, Yogyakarta. Nah waktu itu saya baru punya komputer dan baru gemar2nya mengulik program grafis untuk membuat gambar2 dari foto yang kemudian diedit menjadi gambar seperti diatas.
banyak respon yang saya dapat dari teman2 di DA. yah walaupun cukup seperti itu saja tetapi ada kesenangan buat saya..tanpa beban..habis pulang upload tidur..paginya kuliah..pulang kuliah ngulik komputer lagi..banyak hal yang bisa saya buat dulu dari 2d maupun 3d. dari gambar statis sampai gambar dinamis :P
yap yap yap itu semua karena belum ada tanggungan dan jawaban dari sebuah bahkan berbagai macam persoalan..
ingin bisa seperti dulu lagi..namun semuanya berkendala..(kendala putra petir). kenyataan memang pahit hehehe..ingin terus berada di dunia mimpi, tapi tidur saja susah.
akan tetapi masih beruntung bisa mainan blog..yahh buat penghibur kala menjadi pribadi yang kurang..kurang tidur..kurang oke..kurang beruntung..kurang duit..mungkin harus menjadi teman temon monyetnya si buta..biar bisa makan pisang dan kadang bisa mengajak temon untuk jadi ledhek kethek sambil si tuannya menabuh gendang mengiringi temon menari.
"Do You realize that you have the most beautiful face, do You realize we're floating in space, do You realize that happiness makes you cry, do You realize that everyone you know someday will die."
Friday, September 3, 2010
kringg..kringg!
Wednesday, September 1, 2010
life is like riding a bike
bike |
”Life is like riding a bicycle. To keep Your balance, You must keep moving.”
(Albert Einstein, 1879-1955).
Saya berpikir mungkin kalau Tuan Einstein bukan seorang penemu hebat mungkin kata-kata ini tidak akan pernah dikenang sampai saat ini, namun kutipan ini sangat manis menurut saya, begitu sederhana, indah, ada kebijaksanaan disetiap pemaknaannya dan tentunya tidak merupakan rangkaian dari akrobat kata. Cukup melelahkan tentunya jika membaca sebuah kutipan dengan pemaknaan ganda serta pemilihan bahasa bahasa sastra yang membingungkan. Hal yang saya kagumi dari kutipan diatas karena saya suka sepeda tentunya. Yah sepeda alat transportasi sederhana pertama kali yang bisa saya gunakan. Waktu itu saya kelas lima SD baru bisa menaiki sepeda maklum saja dari kecil sampai seumuran kelas 5 saya tidak pernah mempunyai kesempatan memiliki sepeda. Kecintaan terhadap sepeda terus berlanjut walau beberapa tahun kedepannya saya tidak memiliki sepeda lagi.. setelah kelas 2 semester akhir SMA saya mendapat kejutan yang luar biasa! Yah, saya mendapatkan sebuah sepeda! Pada jaman jaman itu hampir kebanyakan anak sekolah sudah memakai motor. Ya, cukup sepeda gunung dengan suspensi di handlebarnya saja saya sudah senang. Bapak yang membelikan sepeda itu dari saudara yang membutuhkan bantuan. Saya sangat gumbira, kemana-mana tiap sore saya main sepedaan mengelilingi kota, dan dengan adanya sepeda tentu saja saya tidak perlu repot untuk berangkat sekolah. Maklum dari kelas 1 SD sampai kelas 2 SMA setiap berangkat sekolah selalu jalan kaki, menempuh jarak 2 km tentu saja tidak melelahkan dengan sepeda. Dan sampai sekarang pun saya tetap senang bersepeda, mengayuh dengan kencang, merasakan terpaan angin diwajah, mengayuh dengan tenang ditikungan, memberi tanda bel …tingg tinggg tinggg… kepada pengguna sepeda yang lain begitu menyenangkan.
Jika hidup seperti layaknya bersepeda, mungkin saat ini saya baru melewati jalan yang berlubang, harus bisa menjaga keseimbangan agar tidak jatuh, jika jatuh maka lutut dan siku akan terluka. Satu hal yang selalu saya pegang, bahwa didepan pasti ada jalan yang mulus.
Apakah kamu masih bersamaku kawan? Mengayuh tanpa lelah, berpeluh tanpa mengeluh? Apakah kamu tetap disisiku, di kanan ataupun di kiriku, dibelakangku, mungkin juga terkadang di depanku? Menjadi teman diperjalanan ini, menjadi kawan bicara disetiap perempatan lampu merah, dan mengayuh kembali saat lampu mulai berwarna hijau.
Apakah kamu masih bersamaku kawan? Mengayuh tanpa lelah, berpeluh tanpa mengeluh? Apakah kamu tetap disisiku, di kanan ataupun di kiriku, dibelakangku, mungkin juga terkadang di depanku? Menjadi teman diperjalanan ini, menjadi kawan bicara disetiap perempatan lampu merah, dan mengayuh kembali saat lampu mulai berwarna hijau.
Subscribe to:
Posts (Atom)